Gambar Sampul Bahasa Indonesia · v_Bab 22 Perkembangan Puisi
Bahasa Indonesia · v_Bab 22 Perkembangan Puisi
Sunardi

24/08/2021 11:54:20

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Perkembangan Puisi

267

Karya sastra Indonesia cukup beragam. Dari bentuknya, kita mengenal puisi,

prosa, dan drama. Masing-masing memiliki ciri khusus yang membedakan dirinya

dengan bentuk lain. Melalui pelajaran ini Anda tidak hanya mengenal puisi, tetapi

juga memahami perkembangannya. Kecuali belajar menyusun resensi

pertunjukan drama, mengevaluasi, dan menyadur cerpen ke dalam bentuk drama,

Anda masih membandingkan naskah hikayat dengan novel.

Pelajaran 22

Perkembangan Puisi

Kemampuan Bersastra

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

268

A. Mendengarkan

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat membuat resensi tentang drama yang

ditonton

Membuat Resensi Pertunjukan Drama

Resensi diartikan sebagai tulisan yang menyajikan sejumlah informasi mengenai sesuatu.

Demikianlah, maka resensi novel memuat informasi mengenai novel. Resensi musik memuat

informasi mengenai musik, dan resensi drama memuat informasi mengenai drama. Sejalan

dengan hal itu, resensi drama yang ditonton tentu saja memuat informasi mengenai drama

yang ditonton.

Resensi umumnya terjadi dari tiga bagian, yaitu pembuka, isi, dan penutup. Bagian

pembuka memuat pengantar dan informasi sekilas mengenai identitas drama yang ditonton.

B

agian isi menyajikan sinopsis ceritanya dan ulasan penulis mengenai kelebihan dan

kekurangan, amanat, gaya bahasa (

style

) yang digunakan pengarang, hal-hal baru dan menarik

dari drama yang ditonton, dan perbandingannya dengan pentas lain.

Bagian penutup berisi kesimpulan tentang perlu tidaknya, baik tidaknya drama itu ditonton.

Kecuali itu, disajikan keuntungan dan kerugian yang diperoleh pembaca.

Uji Kompetensi 22.1

1. Carilah guntingan koran/majalah yang berisi resensi drama! Bicarakan dengan teman-

teman, apa saja yang dikemukakan dalam resensi tersebut!

2

. Susunlah resensi atas pertunjukan drama! Anda boleh mendengarkan langsung siaran

drama radio atau nonton tayangannya di TV, boleh juga mendengarkan atau melihat

rekamannya. Gunakan resensi yang Anda gunting di atas sebagai model!

B. Berbicara

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat mengevaluasi teks drama atau pementasan

drama dalam kegiatan diskusi

Mengevaluasi naskah drama

Mengevaluasi naskah drama berarti memberikan penilaian atas naskah yang dibaca.

Sebagai bekal menilai diperlukan pengetahuan yang memadai. Karena evaluasi dikemas dalam

diskusi, mau tidak mau perlu dilakukan diskusi kelas.

Perkembangan Puisi

269

Beberapa hal yang perlu dibicarakan antara lain (1) keberadaan dan fungsi

dramatic

person

; (2) keberadaan dan fungsi

stage direction

; (3) keberadaan dan fungsi

prolog, dialog,

epilog

; (4) tema, topik, amanat dan relevansinya dengan kehidupan sehari-hari; serta

(5) kewajaran dialog.

Uji Kompetensi 22.2

Nilailah naskah awal drama Kapai-Kapai berikut dalam diskusi kelompok yang terjadi dari

8 – 10 orang siswa!.

Arifin C. Noer

Kapai-Kapai

Sandiwara 5 bagian

para tokoh

ABU

PUTRI

IYEM

PANGERAN

EMAK

BEL

YANG KELAM

PASUKAN YANG KELAM

BULAN

KELOMPOK KAKEK

MAJIKAN

SERIBU BULAN YANG GOYANG-GOYANG

KAKEK

GELANDANGAN

JIN

TANJIDOR DLL.

Bagian pertama

DONGENG EMAK

EMAK

: Ketika pr

ajurit-prajurit dengan tombak-tombak mengepung istana Cahaya

itu, Sang Pangeran Rupawan menyelinap di antara pokok-pokok puspa,

sementara air dalam kolam berkilau mengandung cahaya purnama.

Adapun Sang Puteri Jelita dengan debaran jantung dalam dadanya yang

baru tumbuh melambaikan setangan suteranya di balik tirai merjan, dan

di jendela yang sedang mulai ditutup oleh dayang-dayangnya. Melentik

air dari matanya bagai butir-butir mutiara.

ABU

: Dan Sang Pangeran, Mak?

EMAK

:

Dan Sang Pangeran, Nak? Duhai seratus ujung tombak yang tajam berkilat

membidik pada satu arah; purnama di angkasa berkerut wajahnya lantaran

cemas, air kolam pun seketika membeku, segala bunga pucat lesu

mengatupkan kelopaknya dan ...

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

270

ABU

: Dan Sang Pangeran, Mak?

EMAK

: Dan Sang Pangeran, Nak? Barangkali kau belum lupa dongeng Emak

malam kemarin. Hatta dengan Cermin Tipu Daya seratus prajurit itu pun

seketika menjadi lumpuh. Cermin yang diacungkan oleh Sang Pangeran

telah memancarkan api panas bagai lahar Candradimuka.

ABU

: Dan Sang Pangeran selamat, Mak?

EMAK

: Selalu selamat. Selalu selamat.

ABU

: Dan bahagia dia, Mak?

EMAK

: S

elalu bahagia. Selalu bahagia.

ABU

: Dan Sang Putri, Mak?

EMAK

: Dan Sang Putri, Nak? Malam itu merasa lega hatinya dari tindihan

kecemasan. Ia pun berguling-guling bersama Sang Pangeran dalam mimpi

yang sangat panjang, di mana seribu bulan menyelimuti kedua tubuh

yang indah itu penuh cahaya.

ABU

: Dan bahagia, Mak?

EMAK

: S

elalu bahagia. Selalu bahagia.

MAJIKAN : Abu!

ABU

: Mereka senantiasa bahagia. Pokok-pokok puspa. Cahaya Purnama.

Istana Cahaya. Cermin Tipu Daya.

MAJIKAN : Abu!

Dari

Budaja Djaja

, 29 Oktober 1970

C. Membaca

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat membandingkan penggalan hikayat

dengan penggalan novel

Membandingkan Hikayat dengan Novel

Hikayat dan novel memiliki persamaan tetapi juga perbedaan. Membandingkan hikayat

dengan novel berarti mendeskripsikan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya

ditinjau dari segi bahasa, latar cerita, pengarang, tokoh, dan perwatakan, dan kaitan isi dengan

kehidupan masa sekarang.

Perkembangan Puisi

271

Uji Kompetensi 22.3

1. Bacalah dengan cermat penggalan hikayat dan novel berikut ini!

Hikayat

Novel

Maka pada ketika yang baik

saat yang sempurna, pada malam

empat belas hari bulan, maka bulan

itu pun sedang terang tumerang,

maka ketika itu isteri si Miskin itu pun

beranaklah seorang anak-laki-laki

terlalu amat baik parasnya dan elok

rupanya. Maka dinamainya akan

anaknya itu Marakarmah, artinya

anak di dalam kesukaran. Maka

dipeliharakanyalah anak itu, maka

terlalulah amat kasih sayangnya

akan anaknya itu, tiada boleh

bercerai barang seketika jua pun

dengan anaknya Marakarmah itu.

Hatta dengan takdir Allah,

subhanahu wa ta ala menganugerahi

hambanya, maka si Miskin pun

menggalilah tanah hendak berbuat

tempatnya tiga beranak itu. Maka

digalinyalah tanah itu hendak

mendirikan tiang teratak itu, maka

tergalilah kepada sebuah

tajau

(

tempayan,

Red.) yang besar, berisi

emas terlalu banyak. Maka isterinya

itu pun datanglah melihat akan emas

itu, seraya berkata kepada suaminya,

“Adapun akan emas ini, sampai

kepada anak cucu kita sekalipun,

tiada habis dibuat belanja.”Maka

terlalu suka cita hatinya laki isteri itu,

maka oleh isterinya diambilnya emas

itu, dibawanya kepada suaminya.

Emeis,

Bunga Rampai Melaju Kuno

Pada suatu pagi aku ke bagian

siaran bahasa Prancis untuk mena-

nyakan ucapan sebuah nama lagu

yang tidak kukenal. Ketika hendak

keluar, aku berpapasan dengan Biran

dari bagian berita yang diiringi oleh

seorang bangsa asing. Yang terakhir

ini memandangku dan langsung

tersenyum. Aku menyingkir untuk

memberi jalan kepada mereka.

Beberapa menit kemudian aku

meninggalkan ruangan siaran dan

menuju ke ruang penyiar. Di mejaku

kudapati sebuah kartu nama Charles

V, kedutaaan Prancis disertai nomor

telepon yang ditambahkan dengan

tulisan tinta. Aku sedang meman-

dangi kartu tersebut ketika Biran

menjengukkan kepalanya dan

berkata, “Dari orang yang kau temui

di bagian siaran bahasa Prancis tadi,

Sri? Dia berkata pernah melihatmu di

perpustakaan kedutaannya. Dia ingin

membicarakan sesuatu mengenai

hari-hari upacara Bali.”

”Dia tidak menulis apa-apa di

kartunya.”

”Ada nomor teleponnya?” Biran

mendekati mejaku untuk melihat

kartu itu.

”Biar dia menelponku kalau

memang perlu,” dan memandang

kepadanya. “Apakah kau katakan

bahwa aku mengetahui banyak hal

mengenai Bali?”

NH. Dini,

Pada Sebuah Kapal

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

272

2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan kedua teks tersebut!

a. Bahasa manakah yang digunakan untuk berkisah dalam kedua penggalan tersebut?

b. Pada penggalan hikayat tersebut terdapat beberapa kata yang sudah jarang digunakan

dalam novel. Sebutkan kata-kata itu?

c. Pada penggalan hikayat tersebut terdapat frase

pada malam empat belas hari bulan

.

Apa yang dimaksud dengan pernyataan itu?

d. Pada penggalan hikayat tersebut terdapat beberapa kata penghubung yang sangat

dominan. Sebutkan kata-kata penghubungan itu?

e. Pada penggalan hikayat tersebut terdapat kalimat yang konstruksinya sudah jarang

digunakan dalam novel. Konstruksi manakah itu?

D. Menulis

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat menyadur cerpen ke dalam bentuk drama

satu babak

Menyadur Cerpen ke Bentuk Drama

Mengubah bentuk cerita ke dalam bentuk naskah drama sudah pernah kita lakukan.

Pada kegiatan tersebut Anda mengubah bahasa cerita ke bahasa panggung. Anda tidak

hanya memahami jalan ceritanya, pelaku-pelakunya, konflik di antara pelaku-pelakunya, tetapi

juga membayangkan bagaimana seandainya naskah itu dipentaskan.

Uji Kompetensi 22.4

Susunlah sebuah drama singkat dengan keterangan laku yang dapat memunculkan konflik

dari cerita singkat berikut. Pelaku pertama marah-marah karena bukunya hilang. Pelaku kedua

marah-marah karena bukunya hilang. Pelaku ketiga marah-marah karena buku yang baru

dibelinya rusak. Pelaku keempat bingung akibat ketiga temannya marah-marah melulu.

Perkembangan Puisi

273

E. Ada Apa dalam Sastra Kita

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat menganalisis perkembangan genre sastra

Indonesia.

Menganalisis Perkembangan Genre Puisi

Sebelum berkenalan dengan budaya Barat (baca Belanda), selain mantra, pantun, dan

gurindam, dikenal pula beberapa bentuk puisi dari sastra Arab dan Parsi, seperti gazal, masnui,

rubai, kut’ah, dan rubaiyat.

Sejak awal abad ke-20, setelah bangsa negeri ini berkenalan dengan budaya dan sastra

Barat, bentuk sastranya pun baru. Orang menyebutnya sastra baru, sastra Indonesia baru,

atau sastra Indonesia modern. Tidak hanya prosa dan puisi, drama pun muncul. Bahkan,

kajian mengenai sastra mulai berkembang.

Pada masa ini puisi diberi nama sesuai dengan jumlah larik per bait. Puisi yang 2 larik

disebut

distikon

, 3 larik

terzina

, 4 larik

kuatren

, 5 larik

kuin

, 6 larik

sektet

, 7 larik

septima

,

8 larik

stansa

, dan 14 larik per judul

soneta

. Walaupun sudah tidak anonim lagi, pola rima dan

irama puisi awal periode ini belum sepenuhnya lepas dari pola lama. Isinya tak terbatas. Ada

balada

(kisah),

elegi

(ratapan),

hymne

(pujian kepada Tuhan),

ode

(sanjungan kepada pahlawan),

dan ada

satire

(kritik atas ketimpangan sosial).

Sejak Perang Dunia II sastrawan tidak hanya berkenalan dengan sastra Eropa, tetapi

juga dengan sastra Amerika. Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya mendorong

Angkatan ’45 untuk menciptakan karya sastra yang lebih realistik dibanding karya Angkatan

Pujangga Baru yang romantik - idealistik. Bagi penyair generasi ini puisi memiliki bentuk dan

isi yang bersifat individual. Tidak ada dua tiga puisi yang memiliki kesamaan pola. Rima dan

irama bukannya tidak penting, tetapi bukan yang terpenting, yang penting isinya. Bentuknya

bebas dan ekspresionistis.

Pada era 1970-an muncul puisi nakal, kurang ajar, ‘

mbeling,’

inkonvensional

(menyimpang),

dan bergaya mantra. Objek, kata, arti kata, bunyi, tipografi dipermain-mainkan untuk mencapai

efek kelakar sambil menyampaikan kritik. Tidak jarang penyair menggunakan beberapa kata

dari bahasa lain.

Uji Kompetensi 22.5

1. Tentukan nama bentuk puisi berikut!

a.

Bukan beta bijak berperi,

pandai menggubah madahan syair

Soetarno,

Peristiwa Sastra Indonesia

b.

Kurang pikir kurang siasat,

Tentu dirimu kelak tersesat.

S.T. Alisjahbana,

Puisi Lama

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

274

○○○○○○○○○

c.

Adalah raja sebuah negeri

sultan angkasa nama bijak bestari

asal baginda raja yang bahari

limpah adil para dagang dan santeri

C. Hoykaas,

Penjedar Sastra

d.

Tapi

Oleh Sutardji Calzoum Bachri

aku bawakan bunga padamu

tapi kau bilang masih

aku bawakan resahku padamu

tapi kau bilang hanya

aku bawakan darahku padamu

tapi kau bilang cuma

aku bawakan mimpiku padamu

tapi kau bilang meski

aku bawakan dukaku padamu

tapi kau bilang tapi

aku bawakan mayatku padamu

tapi kau bilang hampir

aku bawakan arwahku padamu

tapi kau bilang kalau

tanpa apa kau datang padamu

wah!

Sutardji Calzoum Bachri,

O Amuk Kapak

2. Cari dan salinlah bentuk

– Gazal

– Kuatren

– Stanza

– Masnui

– Kuin

– Soneta

– Distikon

– Sektet

– Puisi bebas

– Terzina

– Septian

– Puisi inkonvensional

Rangkuman

1. Resensi tontonan drama memuat informasi mengenai lakon drama yang dipentaskan.

Resensi tersebut terjadi atas tiga bagian, yaitu pembuka, isi, dan penutup. Bagian

pembuka memuat pengantar dan informasi sekilas mengenai identitas drama yang

ditonton. Isi resensi menyajikan sinopsis cerita, kelebihan dan kekurangannya,

amanatnya, gaya bahasa (style) pengarang, hal-hal baru dan menarik dari drama

yang ditonton, perbandingannya dengan pentas drama lain. Bagian penutup berisi

kesimpulan tentang perlu tidaknya dan baik tidaknya drama itu ditonton. Kecuali

itu, disajikan keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh pembaca.

Perkembangan Puisi

275

○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○

2. Mengevaluasi naskah drama berarti memberikan penilaian atas naskah yang dibaca.

Sebagai bekal menilai, diperlukan pengertahuan yang memadai. Karena evaluasi

dikemas dalam diskusi, mau tidak mau perlu dilakukan diskusi kelas. Beberapa hal

yang perlu dibicarakan antara lain (1) keberadaan dan fungsi

dramatic person

;

(2) keberadaan dan fungsi

stage direction

; (3) keberadaan dan fungsi

prolog, dialog,

epilog

; (4) tema, topik, amanat dan relevansinya dengan kehidupan sehari-hari;

serta (5) kewajaran dialog.

3. Hikayat dan novel memiliki persamaan tetapi juga perbedaan. Membandingkan

hikayat dengan novel berarti mendeskripsikan persamaan-persamaan dan perbedaan-

perbedaannya dtinjau dari segi bahasa, latar cerita, pengarang, tokoh, dan

perwatakan, dan kaitan isi dengan kehidupan masa sekarang.

4. Mengubah bentuk cerita ke dalam bentuk naskah drama berarti mengubah bahasa

cerita ke bahasa panggung. Anda tidak hanya memahami jalan ceritanya, pelaku-

pelakunya, konflik di antara pelaku-pelakunya, tetapi juga membayangkan bagaimana

seandainya naskah itu dipentaskan.

5. Sejak berkenalan dengan budaya dan sastra Barat (baca: Belanda) sekitar awal

abad ke-20, kita mengenal sastra bentuk baru. Orang menyebutnya sastra baru,

sastra Indonesia baru, atau sastra Indonesia modern. Tidak hanya prosa dan puisi

baru, drama pun bermunculan. Bahkan, kajian mengenai sastra mulai berkembang.

Evaluasi

1. Apa yang dikemukakan penulis dalam resensi berikut?

2. Ceritakan kembali penggalan berikut dengan bahasa kita masa kini!

3. Ubahlah penggalan hikayat berikut ke dalam bentuk cerpen!

Alkisah maka tersebutlah perkataan saudara baginda yang ditinggalkannya itu. Setelah

baginda keluar dari dalam negeri itu, maka ia pun pergilah mencahari baginda daripada

sebuah negeri kepada sebuah negeri, tiada juga ia bertemu dengan baginda.

Hatta maka terdengarlah kepadanya bahwa ada baginda di negeri Semantera Indera

maka ia pun berlengkaplah akan berangkat ke negerai Semantera Indera. Setelah berapa

lamanya maka ia pun sampailah ke negeri itu. Maka baginda pun segeralah menitahkan

ananda baginda pergi mengalu-alukan adinda baginda. Seketika itu juga maka anakda pun

sampailah kepada raja yang datang itu. Maka raja itu pun segeralah turun dari atas kudanya

lalu memeluk mencium anakda baginda. Kemudian maka berangkatlah raja, yang datang

itu, masuk ke dalam negeri itu, diiringkan oleh anakda baginda.

Apabila datang ke istana maka baginda pun turunlah dari atas kudanya lalu berjalan

berpimpin tangan dengan anakda baginda lalu naik ke balairung serta menyembah kakanda

baginda. Maka oleh baginda segera dipeluk diciumnya akan adinda baginda serta bertangis-

tangisan keduanya.

Hikayat Bahtiar

dalam M.G. Emeis,

Bunga Rampai Melaju Kuno

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

276

4. Jelaskan persamaan dan perbedaan hikayat dan cerpen ditinjau dari isi dan bahasanya,

masing-masing dua!

5. Tentukan nama bentuk puisi berikut ditinjau dari jumlah lariknya per bait!

Pulau Pandan jauh ke tengah

Di balik Pulau Angsa Dua

Hancur badan di kalang tanah

Budi baik terkenang jua

HB Jassin, Pujangga Baru

Refleksi

Tanyakan kepada guru Anda masing-masing, berapa skor yang Anda peroleh dari jawaban

Anda atas soal evaluasi di atas! Cocokkan dengan tabel berikut untuk mengetahui tingkat

keberhasilan Anda dalam mempelajari materi pada pelajaran ini.

Tabel Penguasaan Materi

Skor

Tingkat Penguasaan Materi

85 – 100

Baik sekali

70 – 84

Baik

60 – 69

Cukup

< 60

Kurang

Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai skor 70 ke atas, Anda tergolong siswa yang

berhasil. Akan tetapi, kalau skor yang Anda peroleh di bawah 70, Anda harus mengulangi

pelajaran ini, terutama bagian materi yang belum Anda kuasai.